Uang Bukan Acuhan Utama
Uang Bukan Acuhan Utama
Di suatu pedesaan ada seorang anak sebut
saja sih Ahmad, sehari-harinya dia membantu bapaknya ke sawah. Ahmad masih
berumur 17 tahun, tiap hari dia mengabiskan waktunya hanya di sawah dan
ditemani oleh seekor kerbau, dan ayahnya. Sedangkan temannya sibuk ke sekolah,
Ahmad tidak melanjutkan sekolah karena orang tuanya tidak mampu membiayai,
besar harapan Ahmad untuk bisa sekolah lagi, karena cita-cita nya ingin menjadi
seorang guru, agar bisa membantu orang yang tak mampu. Ahmad anak pertama dari
3 bersaudara sedangkan adiknya yang dua masih kecil-kecil.
Suatu hari Ahmad melewati sekolah SMP, sekolah
yang diinginkan oleh Ahmad, dia melihat teman-temannya dengan asik bercanda,
dan dia pun termenung sambil (membanyangkan kapan saya bisa masuk ke sekolah
itu), tak lama kemudian teman-temannya datang menghampiri dia (Ahmad) dan
berkata “Ahmad kapan kamu sekolah, masa yang lain sekolah kamu jadi penggembala
kerbau”, sambil ketawa sih temannya, dengan sedihnya sih Ahmad pergi, dan tak
mengihiraukan ocehan temannya, tapi dia masih terbayang oleh ocehan temannya.
Keesokan harinya si Ahmad, bertanya pada bapaknya
“Pak?.. Ahmad, mau sekolah lagi”.
“Sekolah dari mana uangnya mad, sedangkan buat makan kita masih susah”.
“Tapi Ahmad mau sekolah seperti teman-teman”.
“Sedangkan adik kamu aja masih kecil-kecil”.
“Iya, tapi Ahmad mau sekolah pak, Ahmad malu dikatain sama teman-teman kapan sekolah dan cuma jadi pengembala kerbau”.
“Sudah jangan dengerin temen-temen kamu”.
“Pokoknya Ahmad mau sekolah seperti teman-teman”.
Bapak sontak marah, “Kamu susah dibilangin” sambil lempar gelas ke tanah dan Ahmad serontak pergi meninggalkan rumah.
“Pak?.. Ahmad, mau sekolah lagi”.
“Sekolah dari mana uangnya mad, sedangkan buat makan kita masih susah”.
“Tapi Ahmad mau sekolah seperti teman-teman”.
“Sedangkan adik kamu aja masih kecil-kecil”.
“Iya, tapi Ahmad mau sekolah pak, Ahmad malu dikatain sama teman-teman kapan sekolah dan cuma jadi pengembala kerbau”.
“Sudah jangan dengerin temen-temen kamu”.
“Pokoknya Ahmad mau sekolah seperti teman-teman”.
Bapak sontak marah, “Kamu susah dibilangin” sambil lempar gelas ke tanah dan Ahmad serontak pergi meninggalkan rumah.
Ahmad mengadu pada temannya si kerbau.
“Kerbau, apa aku salah, jika aku minta sekolah lagi”.
“Ngoooooo”.
“Aku ingin seperti teman-teman bisa sekolah”.
“Ngooooooooo”.
Sambil dia tiduran di atas kerbau, tak terasa dia bangun dan terkejut hari sudah sore, dia ingat harus memberi makan ternaknya.
“Kerbau, apa aku salah, jika aku minta sekolah lagi”.
“Ngoooooo”.
“Aku ingin seperti teman-teman bisa sekolah”.
“Ngooooooooo”.
Sambil dia tiduran di atas kerbau, tak terasa dia bangun dan terkejut hari sudah sore, dia ingat harus memberi makan ternaknya.
Akhirnya dia pulang dan sesampai di rumah, dia diam-diam
masuk rumah, dan memberi makan ternaknya, tiba-tiba bapaknya datang dan sambil
ngomong.
“dari mana kamu mad?”.
Ahmad serontak kaget, sambil bilang, “haah, habis dari ladang pak sama si kerbau”.
“sudah sana mandi, terus makan”.
Ahmad yang tadinya ketakutan. Akhirnya cepat-cepat pergi mandi.
“dari mana kamu mad?”.
Ahmad serontak kaget, sambil bilang, “haah, habis dari ladang pak sama si kerbau”.
“sudah sana mandi, terus makan”.
Ahmad yang tadinya ketakutan. Akhirnya cepat-cepat pergi mandi.
Malamnya Ahmad di kamar, sambil pegang
buku, dia berkata, “Ya tuhan kapan saya bisa sekolah lagi Tuhan, Ahmad mau jadi
anak pinter tuhan”, dia menatap langit langit atap rumah yang masih bisa lihat
bintang dari kamarnya, tak disengaja bapaknya dengar dan dia langsung ke kamar
Ahmad sambil dia lihat anaknya, di depan pintu yang terbuka sedikit, dia
termenung dengan kesedihan dan kekosongan dalam pikiranya, dan dalam pikirannya
“Ya tuhan semoga saya bisa menyekolahkan anak saya”.
Keesokan harinya pun bapak Ahmad mencari uang
pinjaman untuk Ahmad sekolah, bapaknya mncari kesana kemari demi Ahmad bisa
bersekolah kembali. Akhirnya keajaiban datang, bapak Ahmad bertemu dengan
seseorang yang kaya dan bertanya kepada bapak Ahmad itu, “Kenapa bapak
bersedih?”, bapak pun menjawab,”Saya bingung mencari pinjaman uang buat sekolah
anak saya”, dan setelah orang kaya itu melihat ketulusan dari bapak itu untuk
menyekolahkan anaknya, kemuadian orang kaya itu langsung menawarkan kepada
bapak Ahmad untuk sekolah disekolahan orang kaya itu. Ternyata orang kaya itu
adalah kepala sekolah, tapi orang kaya itu memberi syarat kepada Ahmad untuk di
tes terlebih dahulu. Kemudian bapak Ahmad langsung berterima kasih dan langsung
pulang untuk memberi tahukan kepada Ahmad. Tes pun dilalui Ahmad dan tak lama
hasilnya keluar dan menyatakan bahwa Ahmad lulus tes dan otomatis bisa sekolah
disitu dengan gratis. Puji syukur selalu Ahmad dan bapaknya panjatkan setelah
itu, karena dengan do’a dan usaha dapat menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa
yang mereka lakukan.
D_13
D_13









0 komentar: